6.1 Sumber Daya Ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada
dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang
dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment
factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat
(benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi)
wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa
dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi sinar
matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi
ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui.
6.2 Sumber Daya Sementara
a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton
TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang
pergi (waktu wajib)
b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa
mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food .
6.3 Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam
tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme.
6.4 Kandungan Pengetahuan
Kajian MyKe mendefinisikan kandungan pengetahuan sebagai: “jumlah keupayaan
sumber tenaga manusia, asset dan pengamalan kepimpinan, modal teknologi dan
maklumat, hubungan kerjasama, harta intelek, stok maklumat serta kebolehan
untuk berkongsi pembelajaran dan penggunaan, yang boleh digunakan untuk menjana
kekayaan dan meningkatkan daya saing ekonomi”.
6.5 Organisasi Pengetahuan
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Apa yang dibeli,
berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung
kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. Pengetahuan Konsumen
adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk,
serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai konsumen.
(1) Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan tentang manfaat produk
(3) Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan
konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk
6.6 Mengukur Pengetahuan
Cara yang paling nyata dalam mengukur kemampuan pengetahuan adalah menilai
secara langsung isi ingatan. Beberapa indikator pengukur pengetahuan, antara
lain:
1. Pengetahuan Objektif (Objective Knowledge)
Pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di
dalam ingatan.
2. Pengetahuan Subjektif (Subjective Knowledge)
Dipengaruhi oleh kepercayaan diri seseorang, yaitu bahwa orang yang percaya
diri mungkin melaporkan secara berlebihan tingkat pengetahuan mereka (Engel,
Blackwell, & Miniard, 1994, p. 331-332).
PEMBAHASAN
Contoh kasus:
Sepanjang tahun 1994/1995 dilaporkan sejumlah 26 kasus keracunan makanan
yang menyebabkan 1.552 orang menderita dan 25 orang meninggal, sedangkan tahun
1995/1996 dilaporkan sebanyak 30 kasus dengan 92 orang menderita dan 13 orang
meninggal. Dari kasus tersebut hanya 2 – 5 kasus yang telah diidentifikasi
dengan jelas penyebabnya. Diperkirakan jumlah kasus yang dilaporkan ini masih
sangat rendah dibandingkan keadaan sebenarnya yang terjadi. WHO (1998)
memperkirakan perbandingan antara kasus keracunan makanan yang dilaporkan dan
yang sebenarnya terjadi adalah 1: 10 untuk negara maju dan 1 : 25 untuk negara
yang sedang berkembang.
Masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan tercermin dari sedikitnya konsumen yang menuntut produsen untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu serta klaim konsumen jika produk pangan yang dibeli tidak sesuai informasi yang tercantum pada label maupun iklan. Pengetahuan dan kepedulian konsumen yang tinggi akan sangat mendukung usaha peningkatan pendidikan keamanan pangan bagi para produsen pangan.
Sumber:
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8567/
0 komentar:
Posting Komentar