BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Didalam
kehidupan sehari-hari kita sering melakukan negosiasi, baik secara sadar maupun tidak. Negosiasi kita lakukan dari hal-hal yang
kecil, misalnya, negosiasi di pasar ketika
berbelanja barang kebutuhan sehari-hari sampai kepada negosiasi yang sifatnya lebih formal dalam mewakili kepentingan organisasi,
atau perusahaan tempat kita bekerja.
Negosiasi yang formal lazimnya kita lakukan dalam kapasitas kita sebagai profesional yang mewakili organisasi atau perusahaan
kita di meja perundingan, misalnya
sebagai pengusaha, manajer, atau tenaga profesional lainnya yang berunding secara formal dengan calon mitra bisnis kita.
Tujuan
perusahaan adalah mencapai keuntungan. Keuntungan
perusahaan diupayakan dengan memenangkan kepentingannya pada saat transaksi bisnis
dengan cara negosiasi. Dalam memenangkan
negosiasi diperlukan strategi dan taktik negosiasi yang tepat digunakan oleh
seorang negosiator, sebab
strategi akan membantu melakukan pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan, sedangkan
taktik merupakan langkah-langkah teknis untuk mendukung strategi. Tanpa
memiliki kedua hal tersebut, negosiasi akan berjalan lambat dan tanpa arah yang jelas.
Seiring dengan modernisasi insfrastruktur
telekomunikasi yang berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional dan pertambahan jumlah penduduk yang besar telah
mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi, trend
telekomunikasi dan perkembangan zaman merubah prilaku konsumen dari fix line yang biasa menggunakan telepon rumah atau
telepon umum ataupun melalui warung telkom untuk berkomunikasi sekarang berubah
ke mobile line karena kebutuhan dan
trend masa kini dimana setiap orang harus bisa dihubungi kapanpun dan
dimanapun.
Melihat kebutuhan setiap orang harus bisa dihubungi dimanapun kapanpun maka
signal yang bagus adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Banyaknya aktifitas setiap orang didalam
ruangan terutama di gedung bertingkat yang sering mengalami blank spot menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna
komunikasi seluler di gedung tersebut, sehingga untuk meningkatkan pelayanan
pengguna perlu dipasang jaringan telekomunikasi seluler didalam gedung.
Hal inilah yang menyebabkan setiap
operator memasang jaringannya secara individual (single operator) dan PT Mac Sarana Djaya terlibat didalamnya
sebagai kontraktor yang mengerjakan proyek single operator. Pada
perkembangannya sistem ini memiliki banyak kelemahan diantaranya sistem single
operator ini mengganggu keindahan estetika gedung karena sistem kabel yang
tidak tertata rapi, titik-titik antena berada di lokasi yang sama dan setiap
operator membutuhkan waktu tersendiri untuk instalasi.
Pada tahun 2006, PT Mac Sarana Djaya
melihat sebuah peluang bisnis untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menawarkan sistem satu jaringan untuk semua (multi operator) yang
memiliki keunggulan jaringan seluler yang handal dan terintegrasi sebagai
penyedia jasa (Service Provider) telekomunikasi
didalam gedung atau sering disebut IBS
(In-Building System Multi Operator). Awal tahun 2013 tercatat 9 (sembilan) operator seluler terdaftar di
Indonesia diantaranya Telkomsel,
Indosat, XL, Hutchison, Axis, Bakrie telecom, Telkom, Sampoerna Telecom, dan
Smartfren (http://www.kominfo.go.id diakses 18 April 2013).
Keuntungan
sistem multi operator bagi gedung adalah satu jaringan terintegrasi untuk semua
operator, sinyal kuat untuk semua bagian didalam gedung dengan semua operator serta jenis kartu dan
teknologi seluler saat ini (CDMA, GSM, 3G dan WiFi), implementasi dan biaya pemeliharaan yang praktis, keindahan gedung yang
tetap terpelihara, sistem administrasi di bawah satu atap, meminimalisasi
resiko human error, gangguan
implementasi dan biaya pemeliharaan.
Sedangkan keuntungan bagi operator adalah pendapatan yang cepat, hemat biaya,
hemat waktu karena membutuhkan waktu singkat untuk implementasi, tidak
dikenakan biaya tambahan untuk biaya pemeliharaan.
Pengertian Site acquisition dalam bisnis IBS Multi Operator adalah proses perolehan
site atau lokasi atau tempat untuk kepentingan pembangunan infrastuctur antenna system
dalam gedung dimana seluruh hak pengelolaan jaringan telekomunikasi secara eksklusif dikelola oleh satu pihak service provider dengan sistem sewa . Proses site
acquisition melibatkan 2(dua) pihak yaitu pihak gedung sebagai pemilik
lahan juga sebagai pihak yang menikmati layanan telekomunikasi dan pihak service
provider yaitu PT Mac Sarana Djaya.
Dalam proses site acquisition
ini masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan
proses negosiasi. Pada proses negosiasi tersebut membicarakan mengenai
kesepakatan harga dalam kerjasama bisnis IBS multi operator terhadap obyek sewa
yaitu lahan penempatan shelter room untuk Radio Base Stastion (RBS), lahan
untuk pole transmission, lahan untuk antenna omni di setiap lantai dan daya
listrik.
Dalam kaitannya dengan proyek IBS Multi
Operator posisi operator Telkomsel, Indosat, XL, Hutchison, Axis, Bakrie telecom,
Telkom, Sampoerna Telecom, dan Smartfren adalah sebagai pihak customer atau end user dari produk yang dihasilkan oleh PT Mac Sarana Djaya dalam
hal ini jasa penyelengara antenna system dengan sistem sewa dimana pihak yang
terkait untuk memasarkan produk jasa ini adalah divisi marketing PT Mac Sarana
Djaya, pihak operator cenderung menginginkan harga sewa perangkat system
multioperator dengan harga sewa serendah mungkin, posisi divisi site aquisisi tidak terlibat
langsung dengan pihak operator melainkan dengan pihak pihak gedung. Namun
permintaan operator untuk menyewa perangkat serendah mungkin itulah yang
menjadi pertimbangan bahan negosiasi divisi site aquisisi untuk bernegosiasi
dengan pihak gedung agar menekan harga serendah mungkin sehingga mengundang
pihak operator untuk berminat menyewa, disinilah pentingnya peran negosiator
pada divisi site acquisition sebagai ujung tombak dalam komponen perhitungan sewa.
Masalah yang dihadapi dalam proses site acquisition adalah bagaimana
mempertemukan kedua kepentingan yang berbeda.
Pihak gedung menginginkan harga sewa setinggi mungkin sedangkan PT Mac
Sarana Djaya sebagai Service Provider
mengharapkan harga sewa serendah mungkin.
Untuk mempertemukan kepentingan-kepentingan tersebut dibutuhkan seorang
negosiator.
Seorang Negosiator harus mempunyai strategi
dan taktik yang tepat dalam melakukan negosiasi sehingga dapat mencapai tujuan
yang diinginkan oleh perusahaan.
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti
untuk mengambil penelitian dengan judul "Analisis Strategi dan Taktik
Negosiasi PT Mac Sarana Djaya Dalam mengupayakan Keberhasilan Site Acquisiton In-Building System Multi Operator "
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
- Pihak gedung menginginkan harga sewa setinggi mungkin untuk penempatan perangkat IBS Multi Operator;
- Service Provider (PT Mac Sarana Djaya) menginginkan harga sewa serendah mungkin untuk penempatan perangkat IBS Multi Operator, begitu pula dengan operator sebagai customer PT Mac Sarana Djaya mengharapkan harga sewa pengunaan jasa IBS Multi Operator serendah mungkin sehingga secara tidak langsung permintaan operator tersebut sebagai bahan pertimbangan negosiator PT Mac Sarana Djaya sebagai komponen perhitungan harga sewa ke pihak gedung .
- Strategi dan Taktik Negosiasi ditetapkan oleh PT Mac Sarana Djaya dalam mengupayakan keberhasilan site acquisition In-Building System Multi Operator.
1.3
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah terdapat banyak
faktor yang menentukan keberhasilan proyek jaringan telekomunikasi seluler Site Acquisition In-Building System Multi Operator, oleh
karena itu peneliti membatasi masalah pada Analisis Strategi dan Taktik Negosiasi ditetapkan oleh PT Mac Sarana Djaya dalam Mengupayakan Keberhasilan
Site Acquisition In-Building System Multi Operator.
1.4
Perumusan Masalah
Bagaimana Analisis Strategi dan
Taktik Negosiasi ditetapkan oleh PT Mac
Sarana Djaya dalam Mengupayakan Keberhasilan Site Acquisition In-Building System Multi Operator?
1. 5
Tujuan Penelitian
Menganalisis Strategi dan Taktik
Negosiasi yang ditetapkan oleh PT Mac Sarana Djaya dalam
Mengupayakan Keberhasilan Site Acquisition In-Building System Multi Operator.
1.6 Manfaat
Penelitian
Manfaat
dari hasil penelitian yang dilakukan adalah:
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan Peneliti mengenai penerapan
teori yang didapatkan di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan, khususnya untuk mengetahui Strategi dan
Taktik Negosiasi yang ditetapkan
oleh PT Mac Sarana Djaya dalam Mengupayakan Keberhasilan
Site
Acquisition In-Building System Multi Operator
2. Diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang bermanfaat bagi Service Provider yang
bermanfaat bagi perkembangan perusahaan dan menganalisis strategi dan taktik negosiasi yang ditetapkan dalam mengupayakan
keberhasilan Site
Acquisition In-Building System Multi Operator
3. Menjadi sumber masukan untuk mahasiswa dan
peneliti lain yang akan Menganalisis
tentang strategi dan taktik negosiasi yang ditetapkan dalam mengupayakan keberhasilan
Site
Acquisition In-Building System Multi Operator
4. Sebagai sumbangan
pemikiran untuk masyarakat atau pengguna
jaringan telekomunikasi seluler dalam hal mengenal lebih jauh tentang bisnis
telekomunikasi dalam tujuan lain untuk meningkatkan layanan dan kelancaran
telekomunikasi.
BAB II
KAJIAN
TEORITIK
2.1 Kerangka Teori
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengertian dan
konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian mengenai Analisis Strategi dan Taktik Negosiasi PT
Mac Sarana Djaya dalam Mengupayakan Keberhasilan Site Acquisition In-Building System Multi Operator.
2.1.1.
Pengertian Strategi
Oxford
English Dictionary mendefinisikan
strategi sebagai berikut
The art
of commander-in-chief or the art of projecting and directing the
larger military movements and operations of a campaign" yang memiliki
terjemahan bebas antara lain seni memproyeksikan dan mengarahkan
gerakan-gerakan yang lebih besar dari militar dan pengoperasian suatu kampanye
(http://oxforddictionary.com diakses 18 April 2013).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan definisi
strategi sebagai berikut
Strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu diperang dan damai atau rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (http://kamusbahasaindonesia.org diakses
18 April 2013).
Arti
dari kamus tersebut lebih tempat dalam bidang militer sedangkan dalam bidang
bisnis dan manajemen Tokoh yang memiliki andil besar dalam mempopulerkan dan
memperkuat konsep-konsep untuk strategi dalam bidang bisnis baru muncul mulai era 1960-an, yaitu
Kenneth Andrews, Igor Ansoff, dan Alfred Chandler, Jr. Ketiga nama tersebut saat ini dikenal sebagai
tiga pemprakarsa yang luar biasa dalam dunia strategi bisnis.
Menurut
Amstrong (2003:37) "strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang
dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi
sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini".
Berdasarkan
definisi diatas maka strategi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan pilihan
kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi
sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan
memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan,
sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal
dari individu atau organisasi, artinya, strategi lebih kepada rencana yang
telah diperhitungkan secara matang termasuk
konsekuensinya dalam suatu kondisi untuk mencapai kepentingan
2.1.2 Pengertian Taktik
Taktik atau
Tact menurut Oxford English Dictionary mengandung arti "skill and sensitivity in dealing with others or with difficult
issues".
Taktik
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti "rencana atau
tindakan yang bersistem untuk mencapai tujuan".
Lewicki dkk (2012:328) menyatakan bahwa:
Taktik merupakan tindakan yang bersistem untuk
mencapai tujuan, atau dengan kata lain sebagai bentuk pelaksanaan dari
strategi. Keduanya saling berkesinambungan dan menjadi elemen penting dalam
proses pencapaian kepentingan. Taktik memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat beda dengan strategi, dapat
dikatakan taktik adalah pelaksanaan dari strategi.
Partao (2006:55) menyatakan bahwa:
Setiap negosiator pasti memiliki
taktik masing-masing dalam negosiasi,
sehingga terdapat banyak sekali ragamnya. Taktik negosiasi di antaranya adalah
pemberian informasi, penciptaan fakta baru, pencarian informasi, pembuatan
agenda, bluffing, pemberian deadline, good guy bad guy,
dan the art of Concesión.
a. Pemberian Informasi
Yang biasanya berupa informasi nonverbal dengan tujuan merubah persepsi dan
posisi. Negosiator dapat memanfaatkan taktik ini dengan memberikan informasi
yang berlebihan, sehingga dapat menutupi permasalahan pokok untuk merubah
mindset lawan negosiator. Namun, penolakan terhadap informasi yang diberikan
akan dianggap sebagai rasa tidak percaya oleh lawan negosiasi.
b. Penciptaan Fakta Baru
dengan menambah atau merubah fakta
yang telah ada sehingga negosiator identik dengan kecurangan. Namun taktik ini
dapat diimplementasikan melalui ancaman-ancaman secara halus.
c. Pencarian Informasi
Baik dari pengalaman pribadi, orang lain, sumber
bacaan, maupun konsultan, sebgai alat bargaining informasi
d. Pembuatan Agenda
Digunakan karena proses negosiasinya dilakukan
secara berurutan. Jadi pihak yang bersengketa memiliki waktu untuk bernegosiasi
dan berpikir gbbff8tuf mterlebih
dahulu.
e. Bluffing
Merupakan taktik klasik dengan membuat distorsi
kenyataan yang ada dan memberikan gambaran yang berbeda untuk mengelabui lawan
negosiasi.
f. Pemberian Deadline
Agar perundingan cepat terselesaikan. Namun dengan adanya deadline,
negosiator bisa saja menjadi gegabah karena terbatas oleh waktu sehingga
keputusan yang diambil kurang tepat.
g. Good Guy Bad Guy
yakni penciptaan peran baik dan jahat ketika negosiasi untuk menekan lawan
negosiasi dengan pertentangan sudut pandang
h. The Art of Concesión
Digunakan jika salah satu pihak mengancam pihak lain untuk menerima
tawarannya dan menekan konsekuensi yang tidak diinginkan ketika tawaran
tersebut ditolak
Partao (2006:60) Taktik-taktik umum digunakan dalam negosiasi sebagai berikut
1. Mengeryit ( The Wince )
Taktik
ini dikenal juga dengan istilah Terkejut ( Flinch ) merupakan reaksi
negatif terhadap tawaran seseorang. Dengan kata lain, bertindak terkejut saat
negosiasi yang diadakan pihak negosiator berjalan dengan keinginan pihak lain.
2. Berdiam ( The Silence )
Jika Anda tidak menyukai apa kata
seseorang, atau jika Anda baru saja membuat tawaran dan Anda sedang menunggu
jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik Anda. Kebanyakan orang tidak bisa
bertahan dalam kesunyian panjang ( "
Dead Air Time" ). Mereka menjadi tidak nyaman jika tidak ada
percakapan untuk mengisi kekosongan antara Anda dan pihak lain. Biasanya, pihak
lain akan merespon dengan konsesi atau memberikan kelonggaran Berdiam ( The Silence).
3. Ikan Haring Merah ( Red
Herring )
Istilah
ini diambil dari kompetisi tua di Inggris, Berburu Rubah ( Fox Hunting
Competition ). Dalam kompetisi ini, tim lawan akan menyeret dan membaui
jejak rubah ke arah lain dengan ikan. Sehingga, anjing lawan akan terkecoh dan
kehilangan jejak. Sama halnya saat negosiator membawa "ikan amis"
atau isu lain ke meja perundingan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama
bahasan.
4. Kelakuan Menghina ( Outrageous
Behaviour )
Segala
bentuk perilaku - biasanya dianggap kurang bermoral dan tidak dapat diterima
oleh lingkungan- dengan tujuan memaksa pihak lain untuk setuju. Seperti pihak
manajemen muak dengan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal dan terpaksa
menandatangi kontrak dengan air mata kemudian membuangnya secara ganas dan
dramatis seolah - olah diliput oleh media. Tujuan dari taktik ini adalah untuk
menggertak orang - orang yang terlibat dalam negosiasi.
5. Yang Tertulis ( The Written
Word )
Adalah
persyaratan ditulis dalam perjanjian yang tidak dapat diganggu gugat.
Perjanjian, sewa guna usaha ( leasing ), atau harga di atas pahatan batu
dan sekarang di kertas ( uang ) adalah contoh - contoh Yang Tertulis.
6. Pertukaran ( The Trade-off
)
Taktik
ini digunakan untuk tawar - menawar. Pertukaran hanya menawarkan konsesi,
sampai semua pihak setuju dengan syarat - syarat. Sebenarnya, taktik ini
dipakai untuk kompromi.
7. Ultimatum ( The Ultimatum
)
Penggunaan
ultimatum kadang-kadang ( seldom ) efektif sebagai taktik pembuka dalam
negosiasi. Namun, suatu saat dalam sebuah negosiasi yang panjang saat Anda
merasa Anda perlu menggunakan taktik ini.
8. Berjalan Keluar ( Walking
Out )
Pada
beberapa situasi, berjalan keluar dapat digunakan sebagai strategi untuk
memberikan tekanan pada pihak lain.
9. Kemampuan untuk Mengatakan
"Tidak" ( The Ability to Say "No" )
Sebuah
taktik memepang peran sangat penting dalam segala macam strategi negosiasi dan
cara menyampaikannya secara tepat. Pertama dan paling dasar untuk mempelajari
taktik ini adalah bahwa apa pun bila mengatakan 'tidak' secara langsung,
diterjemahkan oleh pihak lain sebagai 'ya'.
Jika
Anda tidak menyukai apa kata seseorang, atau jika Anda baru saja membuat
tawaran dan Anda sedang menunggu jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik
Anda. Kebanyakan orang tidak bisa bertahan dalam kesunyian panjang ("Dead Air Time"). Mereka menjadi
tidak nyaman jika tidak ada percakapan untuk mengisi kekosongan antara Anda dan
pihak lain. Biasanya, pihak lain akan merespon dengan konsesi atau memberikan
kelonggaran.
2.1.3 Pengetian
Negosiasi
Lewicki dkk (2012:3) menyatakan bahwa:
Negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan
dimana dua pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk
menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka. Negosiasi terjadi untuk beberapa alasan yaitu
menyetujui bagaimana cara membagi sebuah sumber yang terbatas, seperti tanah,
atau properti, atau waktu, menciptakan sesuatu yang baru dimana kedua belah
pihak akan melakukannya dengan cara mereka sendiri, atau menyelesaikan
masalah/perselisihan antara kedua belah pihak.
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia "negosiasi adalah
proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama
antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain" (http://kamusbahasaindonesia.org,diakses 18
April 2013).
a. Tahap-tahap negosiasi menurut Lewicki dkk
(2012:145-146) terdiri dari:
1) Persiapan
Menentukan hal penting, mendefinisikan tujuan, berpikir
ke depan tentang cara bekerja sama dengan pihak lain
2) Pembinaan Hubungan
Mengenal pihak lain, memahami letak persamaan dan perbedaan
Anda dan pihak lain, serta membangun komitmen untuk mencapai serangkaa hasil
yang saling menguntungkan.
3) Pengumpulan informasi
Mempelajari hal yang perlu diketahui tentang
isu-isu, tentang pihak lain dan kebutuhan mereka, tentang keterlaksanaan (feasibility)kemungkinan penyelesaian,
dan tentang kemungkinan yang terjadi jika kita gagal mencapai kesepekatan
pihak lain.
4) Penggunaan informasi
Di tahap ini negosiator membangun posisi yang mereka
inginkan untuk hasil dan penyelesaian yang diinginkan yaitu posisi yang akan
memaksimalkan kebutuhannya sendiri.
persentasi ini sering digunakan untuk "menjual" hasil yang diinginkan oleh negosiator kepada pihak lain.
5) Penawaran (Bidding)
Proses mengambil langkah posisi awal dan ideal
negosiator menuju hasil aktual.
Penawaran adalah proses yang dilalui oleh masing-masing pihak untuk
menyatakan "penawaran awal" mereka dan kemudian mengambil langkah
dalam penawaran tersebut menuju pijakan tengah.
6) Menutup penawaran
Tujuan tahap ini adalah untuk membangun komitmen
terhadap persetujuan yang dicapai ditahap sebelumnya. Baik negosiator maupun pihak lain harus
memastikan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan yang memuaskan mereka, atau
setidaknya yang mereka terima.
7) Menerapkan kesepakatan
Menentukan siapa yang harus melakukan apa setelah
kesepakatan tercapai. Bukan hal yang
langka apabila pihak-pihak menemukan bahwa kesepakatan tersebut memiliki
kelebihan, bahwa ada beberapa poin yang terlewatkan, atau bahwa situasi yang
ada telah berubah dan timbul isu-isu baru. Kelemahan dalam melangkah melalui
tahap tahap sebelumnya muncul disini, dan kesepakatanpun harus dibuka kembali
atau isu-isu harus diselesaikan oleh mediator, arbitrator, atau pengadilan.
b. Hasil negosiasi menurut Rahim (2001:120) terdiri dari:
1. Problem solving/masalah terpecahkan
2. Conflict escalation/meningkatnya konflik
3. Relationship deterioration/memburuknya
hubungan
4. Inaction/kelambanan penyelesaian
konflik
5. Further disagreement/ketidaksetujuan
lanjutan
6. Relationship maintaned/terpeliharanya
hubungan setelah negosiasi
7. Conflict reduction/menurunnya konflik
2.1.4 Jenis-Jenis Strategi Negosiasi
a. Jenis
Strategi Negosiasi menurut Robbin
Robbins (2008:189) menyatakan bahwa:
terdapat dua pendekatan
umum terhadap strategi negosiasi yaitu strategi
tawar menawar distributif dan strategi tawar menawar integratif dimana masing-masing berbeda dalam hal tujuan, motivasi, fokus, kepentingan, pembagian
informasi, dan durasi hubungan.
1) Strategi tawar menawar distributif
Strategi tawar-menawar distributif berjalan
dibawah kondisi zero-sum, yang artinya adalah, perolehan apapun yang didapatkan
oleh satu pihak, adalah dengan mengorbankan pihak lain. sebagai contoh, negosiasi antara buruh dengan
pihak manajemen mengenai upah.
Perwakilan buruh datang ke meja perundingan dengan tekad untuk
mendapatkan uang sebanyak mungkin dari manajemen. Karena tambahan setiap sen yang
dinegosiasikan buruh itu akan meningkatkan biaya atau pengeluaran manajemen,
masing-masing pihak saling menawar secara agresif dan memperlakukan pihak lain
sebagai lawan yang harus dikalahkan.
Dalam strategi ini, kedua belah pihak mewakili dua perunding. masing-masing memiliki point target yang
menentukan apa yag ingin dicapai, memiliki point resistant yang menunjukkan
hasil terendah yang boleh dicapai, dibawah poin itu, mereka akan menghentikan
negosiasi daripada menerima solusi yang kurang menguntungkan. Wilayah diantara dua titik ini merupakan
rentang negosiasi masing-masing pihak.
Sepasang ada titik temu antara rentang aspirasi A dan B, disitu ada
rentang solusi dimana aspirasi masing-masing pihak dapat dipenuhi.
Ketika melakukan
tawar-menawar distributif, taktik seseorang terfokus pada usaha untuk mencoba
membuat lawannya menyetujui point target tertentu atau sedekat mungkin dengan
point tersebut. contoh taktik semacam
ini adalah membujuk lawan Anda dengan mengatakan bahwa ia tidak mungkin mendapatkan
point target yang dipintanya dan lebih baik menerima solusi yang mendekati point target Anda, mengutarakan bahwa
point target Anda sebagai nilai yang wajar, dan berupaya membuat lawan Anda
secara emosional merasa sedang berbaik hati kepada Anda sehingga mau menerima
hasil yang mendekati point target Anda.
Ada dua pendekatan taktik yang dapat digunakan untuk
keberhasilan negosiasi jenis ini yaitu teknik menempatkan dua orang yang memiliki
kepribadian kontras dalam satu tim dan teknik menyampaikan tenggat waktu.
2) Strategi Tawar-menawar Integratif
Strategi Tawar-menawar
integratif dilakukan atas dasar asumsi bahwa ada satu penyelesaian atau lebih
yang dapat menciptakan solusi menang-menang atau saling menguntungkan. Dalam hal ini lingkungan intraorganisasi, segala hal yang merupakan
tawar-menawar integratif yang setara lebih daripada distributif, karena
tawar-menawar integratif menjaga hubungan jangka panjang, mengikat para
perunding sekaligus memungkinkan mereka untuk meninggalkan meja perundingan
dengan perasaan bahwa mereka telah mencapai kemenangan.
Tawar-menawar jenis ini tidak banyak ditemui karena beberapa syarat
yang dibutuhkan agar negosiasi semacam ini dapat berjalan. Syarat-syarat tersebut meliputi pihak-pihak
yang terbuka pada informasi dan jujur dengan kepentingan mereka, kepekaan kedua
belah pihak terhadap kebutuhan pihak lain, kemampuan untuk saling percaya, dan
kesediaan kedua pihak untuk menjaga fleksibilitas. Beberapa cara untuk mencapai hasil yang lebih
integratif adalah mereka yang melakukan tawar-menawar dalam tim mencapai
kesepakatan yang lebih integratif daripada mereka yang melakukan tawar-menawar
secara individual. Ini terjadi karea semakin banyak orang duduk di meja perundingan
semakin banyak pula ide yang muncul. Cara lain untuk mencapai penyelesaian
tingkat kepuasan bersama yang lebih tinggi adalah dengan mengajukan lebih banyak
persoalan dimeja perundingan, semakin banyak persoalan yang diajukan dalam
negosiasi diselesaikan, semakin besar peluang untuk "mencoba mencari
solusi yang saling mengutungkan" dalam persoalan-persoalan lain yang
mengandung perbedaan preperensi. Cara ini membuahkan hasil
bagi masing-masing pihak daripada jika tiap persoalan dinegosiasikan
sendiri-sendiri. Kompromi bisa menjadi
musuh terburuk dalam menegosiasikan kesepakatan yang saling menguntungkan, ini
dikarenakan kompromi menurunkan tekanan untuk melakukan tawar-menawar secara
integratif. Jika pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi mudah mengalah, tidak ada yang menjadi kreatif dalam usaha mencapai
penyelesaian. Jadi, ketika pihak-pihak yang terlibat dalam proses
negosiasi mudah mengalah maka tidak akan menemukan penyelesaian yang memuaskan
bila dibandingkan ketika pihak-piahk tersebut mempertimbangkan kepentingan
pihak lain dengan bertukar persoalan, dan berfikir
kreatif.
Tabel II.1
Tawar-menawar Distributif vs Integratif
Karakteristik
Tawar-menawar
|
Distributif
|
Integratif
|
Tujuan
|
Mendapatkan "kue"
sebanyak mungkin
|
Memperbesar
"kue" sehingga kedua belah pihak puas
|
Motivasi
|
Menang-Kalah
|
Menang-menang
|
Fokus
|
Posisi (saya tidak
bisa memberi lebih banyak daripada ini)
|
Kepentingan
(dapatkah Anda menjelaskan mengapa isu ini begitu penting bagi Anda?)
|
Kepentingan
|
Berlawanan
|
Selaras
|
Tingkat Berbagi
Informasi
|
Rendah (berbagi
informasi hanya akan memungkinkan pihak lain mengambil keuntungan dari kita)
|
Tinggi (berbagi
informasi akan memungkinkan masing-masing pihak untuk menemukan cara yang
akan memuaskan kepentingan kedua belah pihak)
|
Lama hubungan
|
Jangka Pendek
|
Jangka panjang
|
Sumber: Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge (2008:190)
b. Jenis
Strategi Negosiasi menurut Lewicki dkk
Lewicki dkk (2012:137) mengatakan bahwa:
Dalam negosiasi setiap masing-masing pihak atau individu
yang berkonflik memiliki dua tingkat kepentingan yang terkait akan hasil mereka
sendiri dan tingkat kepentingan akan hasil pihak lain dari model dwi kepentingan
ini dapat digambarkan strategi alternatif.
Apakah hasil substantif
penting?
Ya
Tidak
Apakah hasil Ya
Relational penting?
Tidak
|
Kolaborasi
|
Akomodasi
|
Kompetisi
|
Penghindaran
|
Gambar II.1
Sumber: Lewici dkk. (2012:140)
Dari model dwi kepentingan ini dibagi menjadi 2
strategi alternatif sebagai berikut.
1) Strategi non keterlibatan atau
penghindaran
bahwa
pada strategi ini lebih memilih untuk tidak bernegosiasi karena tidak
memilliki kepentingan jadi lebih memilih
penghindaran.
2) Strategi
keterlibatan aktif
Strategi keterlibatan ini digunakan ketika ada
kepentingan dan hasil yang ingin dicapai dianggap perlu. Jenis strategi
keterlibatan aktif yaitu strategi distributif/kompetisi, strategi
integratif/Kolaborasi dan strategi akomodatif
a) Strategi
Distributif/Kompetisi
Strategi distributif/kompetisi atau biasa
disebut tawar menawar kompetitif atau
kalah-menang. Dalam situasi tawar
menawar distributif, tujuan satu pihak biasanya bertentangan langsung dengan
tujuan pihak lain. Sumber daya bersifat tetap dan terbatas dan kedua belah
pihak ingin memaksimalkan bagian dari hasil yang akan diperoleh. Taktik yang dilakukan dalam negosiasi distributif
adalah menjaga informasi secara hati-hati dan mencari informasi dari pihak lain
untuk meningkatkan kekuatan negosiasi.
b) Strategi Integratif/Kolaborasi
Strategi Integratif/Kolaborasi atau biasa disebut keuntungan
kooperatif, kolaboratif, menang-menang atau penyelesaian masalah. Dalam Stategi ini menitikberatkan pada
kesamaan di antara kedua pihak, dan mencari solusi yang memenuhi tujuan kedua
pihak. Taktik yang dilakukan dalam negosiasi Integratif
biasanya mengunakan pertanyaan terbuka dan menyimak secara aktif untuk memahami
kepentingan pihak lain, serta menenemukan opsi-opsi demi keuntungan bersama.
c) Strategi Akomodatif
Stategi Akomodatif serupa dengan kompetitif sebagai
stategi menang-kalah, meski memiliki citra yang hampir berbeda, akomodasi
melibatkan ketimpangan hasil, namun dari arah yang berbeda membiarkan pihak
lain menang
untuk tujuan utama membina atau memperkuat hubungan. Taktik yang dilakukan dalam negosiasi ini adalah
menampilkan keunggulan lawan dan membiarkan pihak lawan merasa menang dalam
jangka pendek untuk membina hubungan demi pencapaian tujuan kerjasama jangka
panjang.
Tabel II.2
Karakteristik Beragam
Strategi Keterlibatan
Aspek
|
Kompetisi
(Negosiasi Distributif)
|
Kolaborasi
(Negosiasi Integratif)
|
Negosiasi
Akomodatif
|
Struktur imbalan
|
Umumnya sejumlah tetap sumber daya untuk dibagikan
|
Umumnya sumber daya dibagikan dalam jumlah yang berbeda-beda
|
Umumnya sejumlah tetap sumber daya untuk dibagikan
|
Pencapaian tujuan
|
Pencapaian tujuan sendiri dengan mengorbankan tujuan pihak lain
|
Pencapaian tujuan bersama dengan pihak lain
|
Sub ordinasi tujuan sendiri demi tujuan pihak lain
|
Hubungan
|
Fokus jangka pendek; pihak-pihak tidak memperkirakan untuk bekerjasama
dimasa depan
|
Fokus jangka panjang; pihak-pihak memperkirakan untuk bekerjasama dimasa
depan
|
Dapat bersikap jangka pendek (membiarkan pihak lain menang untuk menjaga
perdamaian) atau jangka panjang (membiarkan pihak lain menang untuk mendorong
timbal balik dimasa depan)
|
Motivasi utama
|
Memaksimalkan hasil sendiri
|
Memaksimalkan hasil bersama
|
Memaksimalkan hasil pihak lain atau membiarkan mereka menang untuk
memperkaya hubungan
|
Kepercayaan dan keterbukaan
|
Kerahasian dan sikap defensif; sangat mempercayai diri sendiri;
masing-masing pihak tidak membiarkan pihak lain mengetahui kebutuhan
sebenarnya
|
Kepercayaan dan keterbukaan, menyimak aktif, pengkajian alternatif secara
bersama-sama
|
Salah satu pihak relatif terbuka, menampilkan kelemahannya pada pihak
lain
|
Pengetahuan akan kebutuhan
|
Masing-masing pihak mengetahui kebutuhan mereka sendiri; masing-masing
tidak membiarkan pihak lain mengetahui kebutuhan mereka yang sebenarnya
|
Masing-masing pihak mengetahui dan menyampaikan kebutuhan mereka yang
sebenarnya sambil meminta dan merespon kebutuhan pihak lain
|
Salah satu pihak terlalu responsif terhadap kebutuhan pihak lain sehingga
mengabaikan kebutuhan mereka sendiri
|
Prediktabilitas
|
Masing-masing pihak memanfaatkan unsur ketidakprediksian dan kejutan
untuk membingungkan pihak lain
|
Masing-masing pihak dapat diprediksi dan bersikap fleksibel apabila
momentnya sesuai, dan mencoba tidak mengejutkan pihak lain
|
Tindakan salah satu pihak dapat diprediksi sepenuhnya, yaitu selalu
memenuhi kebutuhan pihak lain.
|
Keagresifan
|
Masing-masing pihak mengunakan ancaman dan gertakan, dan mencoba meraih
keunggulan
|
Masing-masing pihak berbagi informasi secara jujur, dan memperlakukan
pihak lain dengan pemahaman dan penghargaan
|
Salah satu pihak menyerahkan posisinya demi mengamankan pihak lain
|
Prilaku mencari solusi
|
Masing-masing pihak berupaya terlihat berkomitmen dengan posisi mereka
mengunakan argumentasi dan manipulasi terhadap pihak lain
|
Masing-masing pihak berupaya menemukan solusi yang sama-sama memuaskan mengunakan
logika, kreatifitas dan kekonstruktifan
|
Salah satu pihak berupaya mencari cara untuk mengakomodasi pihak lain
|
Ukuran kesuksesan
|
Kesuksesan diperkaya dengan menciptakan citra buruk pihak lain;
meningkatnya tingkat permusuhan dan loyalitas yang kuat dalam kelompok
|
Kesuksesan menuntut diabaikannya citra buruk dan pertimbangan ide-ide
berdasarkan kelebihannya
|
Kesuksesan ditentukan dengan meminalkan atau menghindari konflik dan
meredakan segala permusuhan; perasaan sendiri diabaikan demi mengutamakan
harmoni
|
Bukti ekstrim tidak sehat
|
Ekstrim tidak sehat tercapai apabila salah satu pihak mengasumsikan
permainan total zero-sum; mengalahkan pihak lain menjadi tujuan itu sendiri
|
Ekstrim tidak sehat tercapai apabila salah satu pihak mengabaikan
kepentingan sendiri demi kebaikan bersama, sehingga identitas diri dan
tanggung jawab terhadap diri sendiripun terhapuskan
|
Ekstrim tidak sehat tercapai apabila penyerahan diri terhadap pihak lain
telah sempurna dengan mengorbankan tujuan pribadi dan/atau konstituen
|
Perilaku utama
|
Perilaku utama adalah " saya menang Anda kalah"
|
Perilaku utama adalah "apa cara yang terbaik untuk memenuhi
kebutuhan semua pihak?"
|
Perilaku utama adalah "Anda menang, saya kalah"
|
Solusi untuk kegagalan
|
Jika jalan buntu ditemukan, mediator atau arbitrator dapat diperlukan
|
Jika timbul kesulitan, beberapa fasilitator dinamika dapat diperlukan
|
Jika perilaku telah kronis,menjadi bankrut dalam negosiasi
|
Sumber: Lewici dkk.
(2012:141-142)
2.2 Hasil Penelitian yang
Relevan
Penelitian
yang dilakukan sebelumnya di perusahaan Karim Business consulting Jakarta dalam skripsi yang ditulis oleh
Syara Destari Widatiana (2005) dengan judul Upaya Strategi Negosiasi Karim Business Consulting dalam Rangka
Mendapatkan Klien dilihat Dari Tahapan Negosiasi dalam penelitian ini membahas
mengenai bagaimana strategi negosiasi seorang public relation dalam menarik minat klien dilihat dari tahapan
negosiasi dan hasil penelitian tersebut adalah upaya strategi negosiasi public
relation mulai dari tahap explorasi atau pendekatan, tahap penawaran, tahap
tawar menawar, tahap penyelesaian dan tahap pengesahan dengan penandatangan
kesepakatan.
Penelitian serupa dilakukan di perusahaan konsultan humas Perpect 10 PR Jakarta dalam skripsi yang
ditulis oleh Andita Ayu Puspita (2011) dengan judul Strategi Lobbying dan Negosiasi
Perusahaan Konsultan Humas dalam Menarik Minat Klien dengan hasil penelitian dengan
pencarian informasi dari calon klien dan mencari person in charge dalam proses lobbying dan negosiasi yang
dilakukan, melakukan kerjasama dengan networking kerja.
Penelitian selanjutnya dilakukan di Kepolisian derah jawa timur dalam
pengendalian eskalasi konflik terhadap permasalahan semburan lumpur lapindo di
porong, sidoarjo dengan pendekatan negosiasi level atas dalam tesis yang
ditulis oleh Gunggi Wasi Bomantara (2008) dengan judul Strategi Negosiasi
Kepolisian Dalam Pencegahan Terjadinya Konflik Skala Besar, hasil dari
penelitian ini strategi negosiasi yang dilakukan oleh kepolisian daerah jawa
timur dalam mencegah konflik besar dampak kasus semburan lumpur lapindo yaitu
dengan strategi berperan sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
jawa timur dan negosiasi yang dilakukan bertujuan agar segala
kebijakan-kebijakan dan sikap yang diambil oleh pihak-pihak terkait dapat
bersinergi dan visi misi Polda Jatim untuk menjaga stabilitas keamanan di
sidoarjo.
2.3 Deskripsi Konseptual
Negosiasi adalah suatu proses dinamis dari penyesuaian persetujuan
antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan masing-masing yang
saling bertentangan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Strategi
adalah pendekataan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu
tertentu. Di dalam strategi yang baik
terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung
yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien
dala pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Taktik
adalah pelaksanaan dari strategi lebih bersifat jangka pendek atau
langkah-langkah apa yang dilakukan oleh seorang negosiator menuju tujuan utama
dari negosiasi.
Strategi
dan taktik negosiasi terdiri dari:
- Strategi dan taktik negosiasi distributif (kompetisi) adalah negosiasi yang pencapaian tujuannya mengorbankan tujuan pihak lain dengan perilaku saya menang atau Anda kalah lebih kearah kompetisi. Taktik yang dapat digunakan untuk keberhasilan negosiasi jenis ini yaitu teknik menempatkan dua orang yang memiliki kepribadian kontras dalam satu tim dan teknik menyampaikan tenggat waktu.
- Strategi dan taktik negosiasi integratif (kolaborasi) adalah negosiasi yang pencapaian tujuannya menggedepankan tujuan bersama dengan pihak lain dengan perilaku sama-sama menang. Taktik yang dilakukan dalam negosiasi Integratif biasanya mengunakan pertanyaan terbuka dan menyimak secara aktif untuk memahami kepentingan pihak lain, serta menenemukan opsi-opsi demi keuntungan bersama.
- Strategi dan taktik negosiasi akomodatif adalah negosiasi yang pencapaian tujuannya adalah untuk membina hubungan dengan pihak lain dengan perilaku membiarkan pihak lain menang atau Anda menang saya kalah. Taktik yang dilakukan dalam negosiasi ini adalah menampilkan keunggulan lawan dan membiarkan pihak lawan merasa menang dalam jangka pendek untuk membina hubungan demi pencapaian tujuan kerjasama jangka panjang.
Dalam bisnis
selalu ada strategi dan taktik negosiasi yang akan digunakan dalam hal
mengupayakan keberhasilan bisnisnya, strategi dan taktik inilah yang akan dipraktekan
negosiator dalam melakukan negosiasi.
2.4
Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis dilihat secara teoritik
dan dikaitkan dengan masalah di lapangan
dalam hal mengupayakan keberhasilan Site
Acquisiton In-Building System Multi Operator sebaiknya mengunakan strategi dan taktik negosiasi integratif.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian atau Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dari bulan
Maret - Agustus 2013 dengan tempat penelitian
di PT Mac
Sarana Djaya Jl. HR
Rasuna Said kav. 1 Jakarta, dan sebagai proses triangulasi adalah gedung-gedung
yang menjadi rekanan PT Mac Sarana Djaya yang dijadikan sample di daerah Jabodetabek,
serta PT Indosat, PT XL Axiata Tbk, Hutchison yang menjadi customer IBS Multioperator.
3.2.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
Deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang bersifat memaparkan tentang situasi dan peristiwa, datanya dinyatakan
dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, dengan memaparkan cara kerja
yang bersifat sistematik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga
tidak kehilangan sifat ilmiahnya.
3.2.1
Informan Penelitian
Informan ditentukan tidak berdasarkan jumlah,
tetapi berdasarkan kepentingan informasi yang diperlukan. Informan yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini adalah mereka yang diperkirakan mampu memberikan jawaban atas
permasalah yang ada, terutama orang-orang yang bertindak sebagai key inform dalam bagian yang diteliti.
Penentuan Informan adalah orang-orang yang melalukan negosiasi Site Acquisition In-Building System Multi Operator baik negosiator PT Mac Sarana
Djaya dan negosiator pihak gedung dan
juga customer In-Building System
Multi Operator.
Informan
tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Negosiator adalah Komisaris,
Direktur utama, Direktur, Staf Site Acquisition,
Karyawan
tetap dan freelance yang ditunjuk oleh PT Mac Sarana Djaya
b. Pihak gedung adalah Owner, Owner Representative, General
Manager, Manager
c. Operator adalah Person In Charge PT Indosat, PT XL, PT Hutchison CP Telcom
Informan yang dilibatkan antara lain:
- Bapak Sugiman Halim
Komisaris PT Mac Sarana Djaya, Beliau
adalah seorang komisaris yang sangat unik karena hampir setiap hari datang ke
kantor, alasan Beliau datang ke kantor adalah ingin lebih dekat dengan seluruh
karyawannya dan Beliau adalah orang yang paling perduli terhadap lingkungan
kantor Beliau yang menciptakan budaya kekeluargaan yang sangat kental, Beliau
turun langsung memperhatikan apa kebutuhan perusahaan dan kebutuhan
karyawannya. Beliau adalah orang yang
pertama kali mengajarkan teknik negosiasi tentang site acquisition IBS multi
operator kepada team negosiator perusahaan.
Beliau kadang-kadang dilibatkan dalam pengambilan keputusan site yang
akan diambil. Beliau memiliki banyak relasi bisnis sehingga beliau juga sering menjadi
Negosiator dalam site acquisition IBS multi operator.
- Bapak M. Fitno
Direktur Utama PT Mac Sarana Djaya, Bapak M. Fitno selain sebagai salah satu pengambil
keputusan dalam kerjasama site acquisition In-Building
System Multi
Operator, Beliau adalah seorang
figure yang sangat inspiratif, cerdas, low
profile, bijaksana, dan perhatian terhadap karyawan. Beliau adalah negosiator yang sangat ulung, Beliau
adalah orang yang langsung turun bernegosiasi baik dengan operator maupun ke pihak
gedung maka beliau dianggap orang yang tepat sebagai informan.
- Bapak K. Hendrawan
Direktur Operasional PT Mac Sarana
Djaya, Beliau adalah seorang panutan di perusahaan ini, sosok kebapakan dari
Beliau yang membuat perusahaan ini berjalan stabil dijalurnya, Beliau adalah
seorang yang sangat bijaksana dan sering dijadikan sebagai penasihat
perusahaan. Beliau sering turun langsung
ke site untuk negosiasi baik dengan operator maupun dengan pihak gedung.
- Ibu Cha-cha Binahati
Direktur Site Acquisition dan Commercial, beliau dipercaya untuk memegang
jabatan ini karena dianggap mampu merapihkan segala yang berhubungan dengan
proses site acquisition dan commercial
untuk lebih tertib administrasi melalui Standar
Operational Procedur.
- Ibu Ira Maya Safitri
Senior Supervisor Corporate Administration, beliau adalah karyawan tetap yang sudah mengabdi
puluhan tahun di PT Mac Sarana Djaya, beliau sering menjadi negosiator dalam
proyek single operator dan IBS Multioperator.
- Bapak Rudi Hartono
Staf Site Acquisition PT Mac Sarana
Djaya, beliau adalah karyawan tetap yang dipercaya khusus untuk melakukan
melakukan negosiasi baik proyek single operator maupun proyek IBS Multi Operator
- Bapak Hendrik
Staf Site Acquisition PT Mac Sarana
Djaya, beliau adalah karyawan tetap yang dipercaya khusus untuk melakukan
melakukan negosiasi proyek IBS Multi
Operator
- Bapak Rifky
Freelance PT Mac Sarana Djaya,
beliau adalah pekerja lepas dari PT Mac Sarana Djaya yang dipercaya oleh
direksi untuk menjadi negosiator karena beliau sudah lama berkecimpung di dunia
property dan dianggap memiliki kelebihan sebagai seorang negosiator yang ulung.
- Bapak Ichwan
Building Manager PT Senayan Tri
Sempana, Beliau adalah negosiator yang ditunjuk untuk memproses kerjasama IBS
Multi Operator di gedung perkantoran Sentral Senayan III.
- Bapak Nixsun
Owner Representative City Mall Tangerang Beliau adalah
negosiator yang ditunjuk untuk memproses kerjasama IBS Multi Operator di gedung
City Mall Tangerang
- Bapak Ari Setyo Wahyudi
Manager Perijinan PT Hermina Hospital Group,
Beliau adalah negosiator yang ditunjuk untuk memproses kerjasama IBS Multi
Operator di gedung Rumah Sakit Hermina Cileungsih Jakarta dan Hermina Pasteur
Bandung.
- Bapak Yonatan
Owner Representative Podomoro
Group, Beliau adalah negosiator yang ditunjuk untuk memproses kerjasama IBS
Multi Operator di gedung-gedung yang dikelola oleh Podomoro Group.
- Bapak Lukmanul Hakim
Radio Frequency Network Design khusus untuk In-Building Solution Bagian dari
group tecnology network infrastruture PT Indosat, beliau adalah person in charge operator PT Indosat yang berwenang untuk menandatangani
design atau lay out penempatan perangkat jaringan telekomunikasi IBS Multi
Operator.
- Bapak Thomas Manik Prastowo
Senior Staff Network Planning Departement & Assurance-Network Financial Management
PT XL Axiata Tbk, Beliau adalah person in charge operator yang menghitung
proses bisnis IBS multi operator, sebelum tahun 2012 Beliau adalah negosiator
dari PT XL Axiata Tbk yang ditunjuk untuk bernegosiasi dengan penyedia jasa
telekomunikasi seluller
15.
Bapak Rizal Masri
In-Building
Coverage Manager
PT Hutchison CP Telecom, beliau adalah Person
In Charge yang berwenang untuk berhubungan dengan penyedia jasa
telekomunikasi dalam hal progress pekerjaan
yang berkaitan dengan IBS Multi Operator.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi partisipatif,
peneliti terlibat langsung dalam observasi ketika proses negosisasi terjadi.
2.
In-Depth Interview, peneliti melakukan
wawancara yang mendalam terhadap obyek yang diteliti/informan yang terlibat dalam penelitian, yaitu negosiator PT Mac Sarana
Djaya, pihak gedung, dan operator sebagai klien
3. Focus Group Discussion
(FGD), peneliti melakukan diskusi dengan beberapa
anggota kelompok terkait dengan tujuan untuk menemukan makna menurut pemahaman
kelompok tersebut
4. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Memorandum
of Understanding yang berisi
tentang kesepakatan harga sewa, Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Gedung, Surat Perintah Kerja dari Pihak Operator, Data
base gedung yang dikelola oleh PT Mac Sarana Djaya namun tidak bisa dilampirkan dalam skripsi ini
karena alasan confidential
perusahaan.
3.2.3 Teknik Pengolahan dan Analisis
Data
Dari
hasil desk reseach yang diperoleh
dari PT Mac Sarana Djaya yang merupakan
perusahaan yang bergerak di bisnis penyedia jasa telekomunikasi, perusahaan ini
sampai dengan bulan April tahun 2013 memiliki 992 gedung terdiri dari 553 gedung
sistem single operator, 439 gedung sistem Multi
Operator, data penelitian ini difokuskan pada kategori multioperator yaitu
439 gedung dan diambil sampel berdasarkan kebutuhan informasi yang ingin
didapatkan, proses triangulasi dilakukan langsung ke site/gedung di area
Jabodetabek, karena alasan jarak lokasi yang dekat agar proses
triangulasi/keabsahan data dapat dilakukan dengan mudah. Pada objek penelitian
difokuskan kepada proses strategi dan taktik negosiasi yang dilakukan PT Mac
Sarana Djaya dalam mengupayakan keberhasilan Site Aquisition IBS Multi Operator kemudian melakukan
pengolahan data melalui observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan
wawancara, melakukan observasi deskriptif.
Langkah selanjutnya analisis data mengunakan Model Spradley dengan
tahapan sebagai berikut.
Gambar III.1
Sumber: Bungin (2010:204)